Dear calon istriku sayang..
Duhai calon istriku...malam ini aku tulis sepucuk surat untukmu. Kalau suatu saat nanti adinda membacanya tak usahlah menanyakan isi surat ini kepadaku.
Calon istriku sayang,,,masa laluku sungguhlah sangat kelam. Saya yang banyak orang katakan termasuk yang agamis bukanlah benar apa adanya. Saya sungguh hina dari pengemis yang mungkin adinda sering lihat di perempatan jalan. Mungkin saja aku tak lebih mulia dari seekor anjing yang hanya bertugas menjaga rumah majikannya. Mungkin dan mungkin saja saya lah orang paling hina yang sedang adinda kenal saat ini.
Maafkan saya calon istriku sayang..Tak usahlah adinda berpikir lebih tentang saya. Tempuhlah hidup adinda sebaik agama kita mengajarkan moral. Hargai dan sayangi diri adinda. Jauhkanlah tubuh adinda dari lubang kenistaan. Jaga baik-baik adinda..aku percaya engkau mampu menjaga kehormatan. Demi kita dan anak-anak kita suatu saat nanti.
Calon istriku sayang...bolehkah saya mengaharapkan sesuatu pada Allah?? Memperoleh jodoh yang solehah. Solehah yang bukan hanya namanya saja. Solehah yang bukan penampilannya saja. Tapi solehah lahir bathin yang sesuai agama kita.
Hatiku bukanlah terkawal oleh Malaikat. Sepanjang hidup ini aku belum bisa menjadi seorang soleh yang mungkin juga adinda harapkan padaku. Tapi,, jikalau adinda berkenan...ajarkanlah bagaimana caraku menjadi soleh?? Apakah adinda berharap aku bersorban?? Apa adinda inginkan aku memakai baju koko setiap harinya?? Semoga saja apa adanya diriku sekarang adalah yang adinda inginkan dalam hati
Semarang, 25 April 2014. 22:52
Jumat, 25 April 2014
Menyongsong Cahaya
Ya Allah, baru saja aku membaca aduannya. Entah kepada siapa dia mengadu. Aku tak tahu yang dia rasakan. Aku harap kepada Mu lah dia mengadu.
Sungguh bahagia hati ini, ketika amalan wajib yang Engkau perintahkan mulai menguasaiku. Tiada nikmat yang lebih besar kecuali iman dan taqwa. Mungkin untaian kata hikmah itu yang tepat untuk menggambarkan suasana hatiku sekarang.
Hidup di dunia, kami tahu bukanlah hal yang mudah. Kami harus melawan dan mengalahkan khannas. Yah, khannas yang aku tahu adalah iblis yang berada dalam tubuhku. Dia berada dalam aliran darahku. Aku tak mampu untuk melihatnya, meraba, mencium, mendengar, atau bahkan sekedar tahu dimana dia saat ini berada. Hanya saja kehadirannya dalam tubuhku selalu membuat Mu murka.
Ya Allah, pantaskah jika kami menyalahkan iblis?? Pantaskah kami menghujat iblis?? Entahlah, dia yang merupakan makhluk Mu yang terkutuk terkadang tak sejahat yang kami kira. Ahh!! bukan itu yang seharusnya kami ucapkan.
Seburuk apapun nasibku malam ini, tetaplah saya merasa bahagia. Karena aku telah diberi kesempatan oleh Nya untuk sekedar menebus dosa-dosaku yang lalu. Biarlah orang berkata apa. Kasian, empati, atau apalah terhadap apa..aku tetap akan melangkah menyongsong cahaya. Meskipun itu sendirian :) :)
Kamis, 24 April 2014
Hobi Kecilku
Waktu itu sudah berlalu lama, sekitar tujuhbelas tahun yang lalu. Seekor kelelawar sedang asik mencari jambu. Atau mungkin dia hendak menggerogoti mangga tetanggaku yang mulai masak. Entahlah, sejak tadi kelelawar itu berputar-putar. Sepertinya dia lapar. Kasian sekali...dia harus mencari makan di saat malam mulai datang. Tanpa cahaya.
Aku juga mendengar suara seekor jangkrik. Krik..krikk..krikkk...kira-kira begitulah suara yang sering kudengar dari depan rumah. Memang, banyak sekali rumput liar yang tumbuh. Mungkin saja ada hewan selain jangkrik yang tinggal di situ.
Waktu itu aju masih belajar di RA Miftahul Huda. Yah,, setingkat TK gampangannya. Maish ingat sekali bagaimana aku kecil sering mengkhayal. Ku tatap langit malam, maka kulihat bintang bertaburan. Imajinasiku mulai bermain. Seandainya aku naik pesawat tentu bintang-bintang itu mampu ku gapai.
Aku kecil sering memandang langit malam. Seringkali aku menghitung jumlah pesawat yang lewat di langit malamku. Terlihat kecil memang, seolah pesawat itu adalah bintang berjalan dengan cahaya merah yang berkedip. Aku suka sekali dengan langit malam.
Pernah aku mengamati langit malam dan menghitung jumlah pesawat yang melintas langit malamku. Kira-kira setiap 15 menit kupastikan ada pesawat yang lewat. Terkadang pesawat itu datang dari arah Timur, Barat, Utara, Timur, dan semua arah mata angin dah. Pernah juga aku melihat pesawat-pesawat itu berpapasan. Seolah hendak bertabrakan. Itu saat paling seru ketika aku mengamati pesawat di langit malamku.
Aku juga sering menghitung jumlah bintang di langit. Saat paling kusuka adalah ketika aku tiduran di papan bambu yang hampir tiap rumah di desaku punya dan ditempatkan di teras. Mungkin dulu aku sering membayangkan melihat langit malam dengan teropong. Dan barulah ketika aku kuliah semua itu nyata. Karena jujur, waktu itu masih sangat primitif.
Aku sedang merindukan masa kecilku. Ketika bapak menggendongku dan menunjukkan bintang berjalan. Tapi sayang, kini beliau sedang beranjak tua. Atau lebih tepatnya aku yang sedang tumbuh dewasa. Pernah ketika tengah malam beliau mengajakku keluar rumah hanya untuk melihat lintang kukus. Aku paling penasaran dengan yang namanya lintang kukus. Dan ketika aku semakin pintar baru kusadari jika lintang kukus itu adalah komet. Kaya nama tetanggaku. hahahahhhhh
Mungkin suatu saat nanti hobi kecilku akan kuulang. Yah, mungkin saja Allah akan memberikan taqdir Nya supaya aku bisa menikmati indahnya langit malam bersama orang-orang tersayang. Teman, sahabat, atau mungkin istri dan anakku kelak. Insya Allah..
Dan aku harus menjadi lebih baik, karena masa kecil aku adalah orang yang tak berdosa sama sekali. Maafkan saya ya Allah...sungguh saya ini brengsek dan mungkinkah Engkau meridloi hamba menjadi pemuda soleh?? seperti doa kedua orangtuaku.
Aku juga mendengar suara seekor jangkrik. Krik..krikk..krikkk...kira-kira begitulah suara yang sering kudengar dari depan rumah. Memang, banyak sekali rumput liar yang tumbuh. Mungkin saja ada hewan selain jangkrik yang tinggal di situ.
Waktu itu aju masih belajar di RA Miftahul Huda. Yah,, setingkat TK gampangannya. Maish ingat sekali bagaimana aku kecil sering mengkhayal. Ku tatap langit malam, maka kulihat bintang bertaburan. Imajinasiku mulai bermain. Seandainya aku naik pesawat tentu bintang-bintang itu mampu ku gapai.
Aku kecil sering memandang langit malam. Seringkali aku menghitung jumlah pesawat yang lewat di langit malamku. Terlihat kecil memang, seolah pesawat itu adalah bintang berjalan dengan cahaya merah yang berkedip. Aku suka sekali dengan langit malam.
Pernah aku mengamati langit malam dan menghitung jumlah pesawat yang melintas langit malamku. Kira-kira setiap 15 menit kupastikan ada pesawat yang lewat. Terkadang pesawat itu datang dari arah Timur, Barat, Utara, Timur, dan semua arah mata angin dah. Pernah juga aku melihat pesawat-pesawat itu berpapasan. Seolah hendak bertabrakan. Itu saat paling seru ketika aku mengamati pesawat di langit malamku.
Aku juga sering menghitung jumlah bintang di langit. Saat paling kusuka adalah ketika aku tiduran di papan bambu yang hampir tiap rumah di desaku punya dan ditempatkan di teras. Mungkin dulu aku sering membayangkan melihat langit malam dengan teropong. Dan barulah ketika aku kuliah semua itu nyata. Karena jujur, waktu itu masih sangat primitif.
Aku sedang merindukan masa kecilku. Ketika bapak menggendongku dan menunjukkan bintang berjalan. Tapi sayang, kini beliau sedang beranjak tua. Atau lebih tepatnya aku yang sedang tumbuh dewasa. Pernah ketika tengah malam beliau mengajakku keluar rumah hanya untuk melihat lintang kukus. Aku paling penasaran dengan yang namanya lintang kukus. Dan ketika aku semakin pintar baru kusadari jika lintang kukus itu adalah komet. Kaya nama tetanggaku. hahahahhhhh
Mungkin suatu saat nanti hobi kecilku akan kuulang. Yah, mungkin saja Allah akan memberikan taqdir Nya supaya aku bisa menikmati indahnya langit malam bersama orang-orang tersayang. Teman, sahabat, atau mungkin istri dan anakku kelak. Insya Allah..
Dan aku harus menjadi lebih baik, karena masa kecil aku adalah orang yang tak berdosa sama sekali. Maafkan saya ya Allah...sungguh saya ini brengsek dan mungkinkah Engkau meridloi hamba menjadi pemuda soleh?? seperti doa kedua orangtuaku.
Dimana Hidayah???
Seringkali kami merasa bodoh
Sering pula kami merasa pinter
Bodoh dan pinter yang kami rasakan hanyalah perasaan semu
Hanya saja, bodoh dan pinter yang kami rasakan bener-bener nyata
Aish..!!! saat ini Iblis dan Malaikat sedang bertarung
Yah, di tempat paling mulia dalam tubuhku
Atau mungkin itu hanyalah pikiranku???
Entahlah kawan, kami bener-bener tak mampu membedakannya
Kami juga tak tahu, manakah yang Malaikat perjuangkan??
Mungkinkah kebodohanku??
atau kepintaranku??
Kami juga tak tahu tentang Iblis
Sama sekali tak tahu
Semua tentang metafisik tubuh kami
Mungkin hanya yang bernama hidayah
Akan menjawab kegundahan ini
Tapi, dimanakah dia??
Entahlah
Sering pula kami merasa pinter
Bodoh dan pinter yang kami rasakan hanyalah perasaan semu
Hanya saja, bodoh dan pinter yang kami rasakan bener-bener nyata
Aish..!!! saat ini Iblis dan Malaikat sedang bertarung
Yah, di tempat paling mulia dalam tubuhku
Atau mungkin itu hanyalah pikiranku???
Entahlah kawan, kami bener-bener tak mampu membedakannya
Kami juga tak tahu, manakah yang Malaikat perjuangkan??
Mungkinkah kebodohanku??
atau kepintaranku??
Kami juga tak tahu tentang Iblis
Sama sekali tak tahu
Semua tentang metafisik tubuh kami
Mungkin hanya yang bernama hidayah
Akan menjawab kegundahan ini
Tapi, dimanakah dia??
Entahlah
Jumat, 18 April 2014
Memahami Fenomena Bulan Biru (Blue Moon)
Keindahan alam semesta telah lama mempesona manusia. Begitu
pula keteraturan serta misteri yang menyertainya membuat manusia selalu merasa
tidak puas untuk menggali rahasia lebih dalam darinya. Bahkan, bagi sebagian
orang misteri alam semesta adalah teka-teki dengan kebenaran dari Tuhan YME.
Jika kita mengamati langit, semua benda selalu kelihatan
tetap penampakannya. Benda-benda tersebut (Matahari, planet-planet atau
bintang-bintang) selalu terlihat konsisten penampakannya, paling tidak dalam
batas-batas ketajaman mata manusia. Akan tetapi, ada satu benda langit yang
selalu berubah penampakannya. Dari zaman dahulu, orang melihat benda ini selalu
berubah secara periodik. Kita bisa melihat benda ini pada langit malam dengan
sinarnya yang paling terang diantara benda-benda langit lainnya. Benda yang
dimaksud adalah Bulan.
Bulan yang selalu berubah penampakannya dari hari ke hari
membuatnya menjadi simbol irama kehidupan. Hidup yang dimulai dari kelahiran,
diikuti dengan masa dewasa dan kematian direpresentasikan oleh fase-fase Bulan.
Karena keteraturannya itulah, periodesitas perubahan fase Bulan dijadikan
sebagai standar pengukur waktu sejak zaman dahulu. Salah satu wujudnya sebagai
alat ukur kita mengenal sistem penanggalan Islam atau kalender Hijriah.
Bulan mengorbit Bumi dengan periode 27.3 hari yang kemudian
dinamakan dengan periode sideris. Dalam hubungannya dengan Bulan (termasuk juga
dengan planet-planet lainnya), ada satu periode lain yang berhubungan dengan
kedudukan relatif Bulan dengan Bumi dan
Matahari. Periode ini dinamakan periode sinokdis. Periode sinokdis menunjukkan
selang waktu yang dibutuhkan Bulan untuk mencapai dua fase yang sama secara
berturut-turut, misalnya dari fase Bulan sabit kembali lagi pada fase Bulan
sabit berikutnya. Satu periode sinokdis berlangsung selama waktu 29.5 hari.
Periode inilah yang paling banyak berpengaruh pada kehidupan manusia.
Ketika hari memasuki hitungan ke 7 dalam sistem penanggalan
yang mengacu lunar system, kita bisa melihat permukaan Bulan yang
disinari Matahari semakin banyak. Keadaan seperti ini disebut bulan bungkuk. Selanjutnya,
sekitar tanggal 14 posisi Bumi berada diantara Bulan dan Matahari. Pada posisi
seperti inilah Bulan bersinar penuh karena Bulan persis berada di belakang Bumi
apabila dilihat dari Matahari. Kedudukan seperti ini disebut fase bulan
purnama. Dan setelah itu, perlahan bagian Bulan yang terlihat dari Bumi semakin
berkurang hingga kembali lagi pada fase Bulan sabit seperti keadaan semula.
Diantara hal yang
spektakuler dalam kaitan Bumi dengan Bulan adalah gerhana, baik gerhana Bulan
maupun Matahari. Bagi para pecinta ilmu Falak dan Astronomi, peristiwa alam
seperti ini merupakan waktu yang tepat untuk mengamati keindahan ciptaan Tuhan.
Satu hal lagi yang berkaitan dengan fase Bulan adalah purnama. Fase ini
merupakan waktu yang tepat untuk mengamati permukaan Bulan dengan teropong dan mendapatkan
gambaran yang jelas mengenai permukaan Bulan.
Selain gerhana Bulan, salah satu peristiwa langka yang terjadi
dalam fase Bulan purnama adalah fenomena Bulan Biru (blue moon).
Tidak banyak masyarakat yang mengetahui makna sebenarnya fenomena Bulan biru,
bahkan seringkali masyarakat salah memahami. Fenomena Bulan biru merupakan
salah satu fenomena Astronomi yang langka dan sering menarik perhatian media.
Banyak ilmuwan yang menulisnya di jurnal-jurnal ilmiah dan berbagai media
cetak.
Secara harfiah, Blue Moon berarti bulan biru. Secara umum
orang mengartikan bahwa bulan biru adalah Bulan yang muncul dengan penampakkan
warna biru atau kebiru-biruan. Fenomena ini menjadi salah satu fenomena langka
yang menarik bagi manusia karena Bulan muncul dengan warna cahaya yang langka.
Tidak seperti biasanya yang bersinar dengan warna putih atau kuning keemasan.
Warna biru yang terdapat pada bulan perlu dipahami bukan
warna yang sebenarnya atau bulan telah berubah warna menjadi biru dan
meninggalkan warna biasanya yang berupa kuning keemasan. Warna biru pada Bulan
kita pahami sebagai perubahan warna dalam keterbatasan pandangan mata manusia
sehingga yang muncul adalah warna biru. Terpengaruhnya pandangan mata manusia
hingga seakan-akan melihat bulan berwarna biru disebabkan oleh fenomena alam
lainnya. Fenomena bulan tampak kebiru-biruan merupakan salah satu fenomena alam
yang disebabkan oleh asap atau partikel debu di atmosfer. Fenomena ini sama
sekali tak ada kaitannya dengan siklus/perputaran Bulan, baik rotasi maupun
revolusi.
Fenomena bulan tampak kebiruan disebabkan penghamburan cahaya
Matahari oleh ozon. Dalam situs NASA disebutkan bahwa Bulan yang tampak biru
disebabkan oleh adanya partikel yang lebih besar dari panjang gelombang warna
merah (0,7 mikron). Selain karena letusan gunung berapi, fenomena Bulan tampak
kebiruan juga dapat disebabkan oleh kebakaran hutan. Abu dari sisa kebakaran
dapat terlempar ke udara oleh angin hingga menutupi cahaya Bulan. Demikian juga
dengan asap kebakaran yang mengepul di udara.
Contoh paling konkret dari fenomena Bulan tampak
kebiru-biruan adalah seperti yang terjadi setelah kebakaran hutan di Swedia dan
Kanada pada tahun 1950 dan 1951. Peristiwa lainnya orang-orang melihat bulan tampak
kebiru-biruan pada tahun 1983 setelah letusan gunung berapi El Chichon di
Meksiko. Ada pula laporan yang menyakan bahwa bulan tampak biru yang disebabkan
oleh letusan gunung St Helens pada tahun 1980 dan gunung Pinatubo di Filipina pada
tahun 1991.
Di Indonesia sendiri, fenomena Bulan berwarna biru pernah
terjadi, yaitu ketika gunung Krakatau di selat Sunda meletus pada tahun 1883
dan menggemparkan dunia. Akibat letusan Krakatau ini, selama dua tahun Bulan
muncul dengan warna biru, baik saat terjadi gerhana, Bulan dalam fase sabit,
bungkuk maupun purnama. Fenomena ini pun bisa dilihat dari seluruh dunia saat
itu.
Blue Moon sebuah Kiasan
Istilah blue Moon yang sebenarnya bukanlah
fenomena dimana Bulan tampil dengan semburat warna biru. Ada dua definisi yang
berhubungan dengan dengan istilah Bulan biru (blue Moon). Menurut definisi yang
terbaru, Bulan biru adalah Bulan purnama kedua dalam satu bulan kalender Masehi.
Fenomena Bulan biru bisa terjadi apabila Bulan purnama pertama terjadi pada
awal bulan kalender (Masehi), sehingga Bulan purnama kedua terjadi dalam bulan
kalender yang sama karena rentang rata-rata antara dua bulan adalah 29.5 hari. Definisi
lain yang lebih dahulu tercatat dalam Almanak Petani Maine (Maine Farmers’
Almanac), USA. Almanak tersebut menyatakan bahwa fenomena Bulan biru adalah
Bulan purnama ketiga dalam musim yang memiliki empat bulan purnama.
Dalam budaya masyarakat Barat, istilah blue Moon merupakan
sebuah idiom yang telah berkembang lama. Dengan melihat kembali literatur awal
yang digunakan dalam refrensi Barat mengenai istilah blue Moon, kita bisa
memahaminya melalui ungkapan yang absurd. Empat ratus tahun yang lalu jika
seseorang mengatakan, “Dia akan berpendapat bahwa Bulan adalah biru”, rata-rata
orang pada abad XVI akan memahami, “Dia berpendapat bahwa hitam adalah putih”.
Dari ungkapan ini dapat dipahami bahwa “Blue Moon” dalam ungkapan masyarakat
Barat terdahulu bermakna tidak pernah. Ungkapan yang sangat familiar di Barat
adalah “Once in Blue Moon” (sekali dalam Bulan biru). Dari sini kita
tahu bahwa istilah Bulan biru hanyalah menunjukkan sebuah kiasan terhadap
jarangnya suatu kejadian. Dengan arti bahwa peristiwa dua purnama dalam satu
bulan Masehi sangat jarang terjadi.
Dalam catatan sejarah Bulan Biru pernah terjadi
pada tanggal 31 Juli 2004, 31 Desember 2009 dan terakhir 31 Agustus 2012. Bulan
Biru biasanya terjadi setiap 2,5 tahun dan hanya sekali dalam setahun. Namun,
dalam periode 19 tahun sekali, Bulan Biru bisa terjadi dua kali dalam setahun.
Pada 1999, misalnya, Bulan biru terjadi pada bulan Januari dan Maret. Fenomena Bulan biru tidak akan terjadi pada bulan
Februari karena jumlah harinya yang hanya 28 atau 29 hari pada tahun kabisat.
Fenomena Bulan biru ini sangat mungkin terjadi karena periode
revolusi Bulan terhadap Bumi kurang dari satu bulan Masehi. Dalam kalender Hijriah, satu siklus rata-rata lunar
(satu bulan sinokdis) adalah 29.53 hari. Sedangkan dalam satu tahun Masehi ada
sekitar 365.25 hari. Sehingga dalam satu tahun Masehi ada sekitar 12.37 kitaran
Bulan/lunation (365.25 hari dibagi 29.53 hari). Satu tahun dalam kalender Masehi berjumlah 365 hari,
sementara dalam kalender Bulan 354 hari. Ada sisa 11 hari setiap tahunnya. Sisa
hari akan diakumulasikan sehingga pada tahun tertentu akan terjadi dua purnama
dalam sebulan.
Dari tahun 2009 hingga tahun 2021 dengan mengacu definisi
Blue Moon pada Maine Farmers ‘Almanac (artinya bulan purnama ketiga dalam musim
empat bulan bulan purnama), bulan biru telah terjadi atau akan terjadi pada 21
November 2010, 20 Agustus 2013, 21 Mei 2016, 18 Mei 2019, dan 22 Agustus 2021.
Berbeda dengan definisi yang pertama, istilah bulan biru sebagai dua bulan
purnama dalam satu bulan (yang kedua merupakan bulan biru) akan terjadi pada
tanggal 2 dan 31 Juli 2015, tanggal 2 dan 31 Januari 2018, tanggal 2 dan 31
Maret 2018, serta tanggal 1 dan 31 Oktober 2020. (*
(*ayin, rubrik telah majalah Zenith edisi XI,
Kamis, 17 April 2014
Mengenal Istiwaain
Hai kawan,, ini saya mau share tentang Istiwaaini. Kalian tau gak apa itu Istiwaaini?? Dari katanya saja tentu tak tak jauh beda sama yang namanya tongkat istiwak. Istiwaaini merupakan tasniyah dari kata istiwak. Buat kawan yang jago nahwu sharaf tentu bukan lagi masalah bukan?? :)
Kawan, Istiwaaini merupakan sebuah instrumen Astronomi (atau lebih tepatnya Astronomi Islam/ ilmu Falak) yang terdiri dari dua tongkat istiwak. Satu tongkat berada di titik pusat lingkaran dan satunya lagi berada di titik 0 derajat lingkaran. Mengenai siapa penemu instrumen ini, jawabannya beliau Drs. KH. Slamet Hambali, M SI. Dosen saya tuh, orangnya bagaikan kalkulator berjalan. kwkwwkwkwk Semoga beliau diberi umur panjang. Amiiin
Alat ini didesain khusus untuk memperoleh arah kiblat, arah utara sejati (true North), dan sebagainya dengan biaya murah. Pasalnya, Istiwaaini ini memiliki tingkat keakurasian tinggi. Sistem penggunaannya pun sama dengan theodolite yang harganya sangat mahal. Istiwaaini bisa digunakan di mana saja, tentu selama ada bayangan Matahari kawan..soalnya instrumen yang merupakan modifikasi sempurna dari Mizwala Qibla Finder-nya pak Hendro Setyanto. Jadi sungguh luar biasa kan instrumen ini :)
Oke kawan, terlihat sekali dari gambar di atas bahwa Istiwaaini mempunya 2 tongkat. Tongkat istiwak yang ada di titik pusat lingkaran mempunyai 2 fungsi:
1. Acuan sudut dalam lingkaran
2. Acuan benang sebagai petunjuk arah kiblat, arah true North, dan sebagainya.
sedangkan tongkat istiwak yang dipinggir lingkaran itu (dititik 0 derajat lingkaran) fungsinya:
1. Pembidik posisi Matahari
2. Start pengukuran Arah kiblat, arah true North dan sebagainya dari posisi Matahari.
Dalam penggunaannya, Istiwaaini harus memenuhi syarat berikut:
1. Tongkat istiwak yang di titik pusat lingkaran harus benar-benar berada di titik pusat dalam posisi tegak lurus.
2. Lingkaran yang dijadikan landasan kedua tongkat istiwak harus benar-benar dalam posisi datar.
3. Tongkat istiwak yang di titik 0 derajat harus benar-benar di titik 0 dalam posisi tegak lurus.
Jadi, kita harus posisikan istiwaaini secara datar beneran yah :)
Biasanya sih menggunakan waterpass
Sama halnya dengan Mizwala Qibla Finder, kita memerlukan data-data dalam penggunaan Istiwaaini. Hanya saja Istiwaaini ini menurut saya lebih praktis karena kita gak perlu memakai back Azimuth seperti pada Mizwala Qibla Finder. Untuk menggunakan Istiwaaini kita perlukan beberapa data, diantaranya:
1. Waktu (jam) yang tepat
2. Azimuth kiblat
3. Azimuth Matahari
4. Beda Azimuth kiblat dan Matahari. Yaitu azimuth kiblat dikurangi azimuth Matahari. Jika hasilnya negatif maka harus ditambah 360 derajat.
Data-data yang kita perlukan di atas simpen dulu yah, saya laper..mau makan dulu...besok saya posting lagi deh cara gunain dan perhitungan istiwaaini. Okke..makasii :)
Membuat Horizontal Sundial
Hai kawan!! Tentu kalian sudah tak asing lagi sama instrumen astronomi yang satu ini, Sundial.
Yah, Sundial atau jam
Matahari merupakan instrumen astronomi yang digunakan sebagai petunjuk waktu
dengan memanfaatkan bayangan matahari dari sebuah gnomon (batang atau lempengan
yang bayang-bayangnya digunakan sebagai petunjuk waktu). Gnomon dipasang
sedemikian rupa sehingga sejajar dengan sumbu bumi dan menunjuk ke arah
kutub-kutub langit. Saat Sundial terkena sinar Matahari, bayang-bayang gnomon
jatuh di atas sebuah bidang bertanda (bidang dial). Dengan demikian, waktu semu
lokal dapat diketahui dengan membaca di bagian mana jatuhnya bayang-bayang
gnomon pada bidang dial.
Dalam sejarahnya,
tidak diketahui siapa penemu sundial. Sundial pertama di dunia diketahui
berasal dari kebudayaan Mesir kuno sekitar taahun 1500 SM. Orang-orang Yunani
kuno kemudian membangun sundial-sundial yang lebih akurat berdasarkan ide dari
kebudayaan Mesir kuno. Sehingga di Yunani banyak dibangun berbagai macam
sundial pada masa-masa kekaisarannya. Begitu pula orang-orang Romawi yang banyak
membangun sundial yang lebih akurat. Sundial ini digunakan orang mengetahui
waktu sebelum mereka memiliki jam.
Sundial terdiri dari beberapa jenis, diantaranya
sundial horizontal, sundial vertikal, sundial equatorial, sundial armillary,
portabel sundial, dan analemma. Masing-masing sundial memiliki aturan
tersendiri dalam pembuatannya
Kita dapat membuat
sundial sendiri secara sederhana. Berikut adalah langkah-langkah yang perlu
anda tempuh untuk menciptakan sebuah sundial horizontal.
1. Pilihlah bahan yang akan kita gunakan sebagai bidang dial. Kita bisa menggunakan papan kayu atau dalam kesempatan ini kita menggunakan bahan yang sederhana, yaitu kertas karton. Pilihan bahan untuk bidang dial tentu dengan mempertimbangkan daya tahannya serta kemudahan untuk dikerjakan.
2. Potong bahan karton tersebut membentuk pola seperti gambar di bawah sebagai gnomon yang akan kita gunakan pada jam Matahari. Sudut kemiringan gnomon pada titik yang akan disatukan dengan pusat dial harus sama dengan lintang tempat di mana Sundial akan diletakkan. Selanjutnya sediakan pula sebuah batang lurus yang sedikit lebih panjang dari sisi miring.
3. Gambarlah setengah lingkaran pada karton. Tandai setiap sudut 15 derajat dengan menggunakan busur derajat. Kemudian lipat kembali karton tersebut seperti pada gambar.
4. Pasanglah pola yang yang telah kita buat pada langkah 2 pada permukaan dial.
5. Pasang dan kencangkan sebuah batang tipis yang kita siapkan pada langkah 2 pada sisi miring pola.
6. Pasang karton yang telah kita buat setengah lingkaran sehingga ujung gnomon menyentuh tepat di pertengahan setengah lingkaran dengan posisi terbalik seperti pada gambar di bawah. Pastikan pelat pola sudut
yang telah diukur menempel erat di sekitar bidang miring.Tandai titik dari
sudut-sudut setengah lingkaran pada bidang dial. Titik-titik yang jatuh di luar bidang dial dapat ditarik
perpanjangannya dengan menggunakan benang. Selanjutnya keluarkan kertas tersebut
dari kaitannya dengan gnemon. Tariklah garis jam matahari dengan menghubungkan
titik-titik setengah lingkaran pada pokok batang (gnemon).
7. Gunakan kompas magnetik untuk mengarahkan Sundial, sehingga dasar pola searah dengan sumbu utara/selatan bumi. Ingat, kompas magnetik menunjukkan
utara magnet, sehingga bisa menggunakan metode lain untuk menentukan utara
sejati, seperti menggunakan bayang-bayang matahari.
Langganan:
Postingan (Atom)