Waktu itu sudah berlalu lama, sekitar tujuhbelas tahun yang lalu. Seekor kelelawar sedang asik mencari jambu. Atau mungkin dia hendak menggerogoti mangga tetanggaku yang mulai masak. Entahlah, sejak tadi kelelawar itu berputar-putar. Sepertinya dia lapar. Kasian sekali...dia harus mencari makan di saat malam mulai datang. Tanpa cahaya.
Aku juga mendengar suara seekor jangkrik. Krik..krikk..krikkk...kira-kira begitulah suara yang sering kudengar dari depan rumah. Memang, banyak sekali rumput liar yang tumbuh. Mungkin saja ada hewan selain jangkrik yang tinggal di situ.
Waktu itu aju masih belajar di RA Miftahul Huda. Yah,, setingkat TK gampangannya. Maish ingat sekali bagaimana aku kecil sering mengkhayal. Ku tatap langit malam, maka kulihat bintang bertaburan. Imajinasiku mulai bermain. Seandainya aku naik pesawat tentu bintang-bintang itu mampu ku gapai.
Aku kecil sering memandang langit malam. Seringkali aku menghitung jumlah pesawat yang lewat di langit malamku. Terlihat kecil memang, seolah pesawat itu adalah bintang berjalan dengan cahaya merah yang berkedip. Aku suka sekali dengan langit malam.
Pernah aku mengamati langit malam dan menghitung jumlah pesawat yang melintas langit malamku. Kira-kira setiap 15 menit kupastikan ada pesawat yang lewat. Terkadang pesawat itu datang dari arah Timur, Barat, Utara, Timur, dan semua arah mata angin dah. Pernah juga aku melihat pesawat-pesawat itu berpapasan. Seolah hendak bertabrakan. Itu saat paling seru ketika aku mengamati pesawat di langit malamku.
Aku juga sering menghitung jumlah bintang di langit. Saat paling kusuka adalah ketika aku tiduran di papan bambu yang hampir tiap rumah di desaku punya dan ditempatkan di teras. Mungkin dulu aku sering membayangkan melihat langit malam dengan teropong. Dan barulah ketika aku kuliah semua itu nyata. Karena jujur, waktu itu masih sangat primitif.
Aku sedang merindukan masa kecilku. Ketika bapak menggendongku dan menunjukkan bintang berjalan. Tapi sayang, kini beliau sedang beranjak tua. Atau lebih tepatnya aku yang sedang tumbuh dewasa. Pernah ketika tengah malam beliau mengajakku keluar rumah hanya untuk melihat lintang kukus. Aku paling penasaran dengan yang namanya lintang kukus. Dan ketika aku semakin pintar baru kusadari jika lintang kukus itu adalah komet. Kaya nama tetanggaku. hahahahhhhh
Mungkin suatu saat nanti hobi kecilku akan kuulang. Yah, mungkin saja Allah akan memberikan taqdir Nya supaya aku bisa menikmati indahnya langit malam bersama orang-orang tersayang. Teman, sahabat, atau mungkin istri dan anakku kelak. Insya Allah..
Dan aku harus menjadi lebih baik, karena masa kecil aku adalah orang yang tak berdosa sama sekali. Maafkan saya ya Allah...sungguh saya ini brengsek dan mungkinkah Engkau meridloi hamba menjadi pemuda soleh?? seperti doa kedua orangtuaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar