Judul Buku : Benarkah Adam Manusia Pertama?:
Interpretasi Baru Ras Adam Menurut Al-Qur’an dan Sains
Penulis : Ir. Agus Haryo Sudarmojo
Penerbit : Bunyan (PT Bentang Pustaka)
Cetakan : Pertama, Maret 2013
Tebal : xviii + 226 halaman
ISBN : 978-602-7888-17-3
Kajian sains
terhadap ayat-ayat suci Al-Qur’an nampak semakin intens dilakukan oleh para
pakar. Tak terkecuali perihal kreasi manusia pertama di Bumi. Benarkah sebelum
Adam diciptakan terdapat makhluk lain seperti manusia? Bagaimana mekanisme
penciptaan Adam? Apakah Adam dilahirkan?
Buku berjudul Benarkah
Adam Manusia Pertama?: Interpretasi Baru Ras Adam Menurut Al-Qur’an dan Sains
dibuat untuk menjawab problematika misteri ras Adam. Agus Haryo Sudarmojo
mengukuhkan bahwa penjelasan Al-Qur’an selalu selangkah lebih maju dari
penemuan-penemuan sains modern. Dalam
buku ini kita akan menemukan kesimpulan yang mencengangkan terkait ras
Adam.
Haryo Sudarmojo
mengawali pembahasan dalam buku ini dengan memaparkan keruntuhan teori evolusi
Darwin. Sebuah teori buah filsafat materialistik yang muncul bebarengan
kebangkitan filsafat materialistik kuno yang tersebar luas pada abad ke-19.
Materialisme menjelaskan alam semesta melalui faktor-faktor materi serta menafikan
penciptaan. Semua peristiwa terjadi secara kebetulan.
Darwin yang tidak
pernah mengenyam pendidikan formal di bidang biologi menyatakan bahwa asal-usul
kehidupan dan spesies berdasar pada konsep “adaptasi terhadap lingkungan “.
Menurutnya, aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan terpisah oleh Tuhan.
Semua berasal dari satu nenek moyang dan menjadi berbeda karena kondisi alam,
dan manusia adalah hasil paling maju dari mekanisme ini (hlm 2).
Haryo Sudarmojo menjelaskan bahwa teori evolusi Darwin tak mampu menjawab pelbagai pertanyaan dasar penciptaan. Bagaimana sel hidup pertama muncul ketika Bumi masih primitif? Bagaimana satu spesies dapat berubah menjadi spesies lain? Adakah bukti dalam catatan fosil bahwa makhluk hidup memang melalui proses evolusi? Hasil penelitian selama abad ke-20 menghasilkan kesimpulan bahwa teori evolusi tidak dapat menjelaskan tentang kehidupan. Tak satu pun fosil yang ditemukan yang jumlahnya lebih dari seratus juta menangkap bentuk makhluk peralihan dari hasil teori evolusi. Dengan kata lain tidak ada perubahan dari satu spesies ke spesies lain.
Menurut sains, ±7 juta tahun lalu Bumi telah dihuni makhluk-makhluk serupa ras Adam. Data-data paleontologi (ilmu kaji fosil) memperlihatkan sekitar 20 spesies makhluk serupa manusia, yaitu Sahelanthropus Tohadensis, Austroliphitecus Aferensis, Paranthropus Boisei, Homo Habilis, Homo Ergaster, Homo Erectus, Homo Heidelbergensis, Homo Neandertal, dan 12 spesies lainnya (hlm 20). Makhluk-makhluk sebelum Adam ini adalah pemakan sesama. Pertanyaanya, apakah benar kita keturunan atau hasil mutasi gen dari makhluk-makhluk di atas?
Tentu saja tidak, Haryo Sudarmojo dengan gigih menafsirkan ayat suci Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah: 30) dan mengawinkan dengan penemuan sains modern. Makhluk serupa ras Adam pernah muncul di Bumi sebelum ras Homo Sapiens Sapiens (Bani Adam). Mereka digolongkan sebagai “hewan” yang menyerupai ras Adam dan telah binasa saat periode glacia (zaman es).
Kaitannya dengan mekanisme penciptaan Adam, sains modern belum mampu menerjemahkannya untuk saat ini. Dengan kata lain, kehadiran Adam adalah sebuah proses penciptaan langsung dari Allah. Kesimpulan bahwa Adam diciptakan langsung tanpa melalui kelahiran adalah konsekuensi logis dari sains. Haryo Sudarmojo mengajak kita merenungi teori evolusi. Penelitian Prof. Rebecca Cann menyimpulkan bahwa 5 miliar manusia di dunia berasal dari satu orang wanita yang hidup di sekitar Afrika Timur, yang mungkin dalam Islam kita menyebutnya Hawa (hlm 73). Walaupun belum sanggup melacak keberadaan laki-lakinya (Adam), keberadaan Adam tidaklah sulit untuk diketahui periodenya.
Dari penelitian ini kita tahu bahwa sebelum Adam tidak ada makhluk seperti kita (Homo Sapiens Sapiens). Jika Adam dilahirkan, mekanisme penciptaan yang paling logis adalah harus melalui rahim makhluk sebelumnya yang mirip dengan kita yaitu Homo Neanderthal atau lainnya (hlm 77). Sekilas, silogisme ini sangat logis jika dipadukan dengan perkembangan sains mutakhir.
Melalui buku ini, Haryo Sudarmojo menampar silogisme tersebut dan menjelaskan bahwa pendapat tersebut sangat kontradiksi dengan penemuan sains mutakhir dan agama Islam. Islam mengatakan bahwa Adam diciptakan dari tanah liat tanpa proses kelahiran seperti manusia umumnya. Sains mengatkan bahwa jika Adam berasal dari makhluk sebelumnya yang mirip kita, maka telah terjadi mutanisasi gen (perubahan DNA) dalam rahim makhluk sebelumnya sehingga terjadi perubahan spesies dari Homo Neanderthal ke spesies Homo Sapiens Sapiens (hlm 77). Ini sangat kontradiksi dengan penemuan sains yang mengatakan bahwa tidak ada perubahan spesies.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar